Menperin Optimis Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Nasional Meningkat
MITRAPOL.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini pertumbuhan produksi industri manufaktur nasional akan lebih meningkat pada kuartal III atau semester II tahun 2018. Untuk itu, pemerintah terus berupaya membuat iklim perjuangan yang aman di dalam negeri biar perusahaan-perusahaan bisa lebih bernafsu dan ekspansif sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
“Sektor industri kita rata-rata masih tumbuh di atas lima persen, atau di atas perekonomian. Bahkan, pertumbuhannya ada yang lebih cepat menyerupai industri mesin dan perlengkapan serta industri masakan dan minuman,” kata Menperin di Jakarta, Kamis (2/8).
Airlangga menilai, momentum Idulfitri dan Pilkada pada tahun ini berdampak positif terhadap naiknya undangan domestik sehingga terjadi pula peningkatan produksi di sejumlah sektor manufaktur, menyerupai industri masakan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, industri bantalan kaki, serta industri percetakan. “Apalagi tahun depan ada Pemilu, demand produknya akan lebih banyak lagi,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang memperlihatkan peningkatan pada kuartal II/2018 sebesar 4,36 persen secara year-on-year (y-o-y) terhadap triwulan ll/2017. Kenaikan tersebut, terutama disebabkan naiknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan bantalan kaki mencapai 27,73 persen.
Sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan produksi pada kuartal kedua tahun ini, di antaranya industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 17,28 persen, industri minuman mencapai 15,41 persen, industri pakaian jadi tembus 14,63 persen, serta industri alat angkutan di angka 12,34 persen.
Menperin menyampaikan, pihaknya terus mendorong industri nasional biar memanfaatkan teknologi terkini untuk memaksimalkan produksi secara lebih efisien dengan hasil yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan penerapan revolusi industri generasi keempat atau industri 4.0.
“Di kala digital, acara manufatur tidak lagi sekadar melibatkan mesin dalam proses produksinya. Saat ini, beberapa pabrikan sudah melompat lebih jauh, ialah memadukan dengan internet of things (IoT) atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang menjadi ciri dari industri 4.0,” paparnya.
Sementara itu, hasil survei Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari Nikkei juga menunjukkan, indeks PMI pada Juli 2018 naik menjadi 50,5 dibanding Juni 2018 yang mencapai 50,3. Indeks PMI di atas 50 memperlihatkan industri bisa ekspansi.
“Kenaikan PMI ini sangat positif, pertanda bahwa industri manufaktur kita sedang bergeliat. Untuk itu, kami harus jaga dan terus dorong biar lebih produktif dan berdaya saing,” tutur Airlangga. Selain itu, Nikkei juga menyatakan bahwa sampai Juli, jumlah bisnis gres di Indonesia naik selama enam bulan berturut-turut. Sementara, tingkat ketenagakerjaan di sektor manufaktur Indonesia juga naik selama dua bulan berturut-turut.
Masih merujuk data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada periode triwulan II/2018 juga mengalami kenaikan sebesar 4,93 persen (y-on-y) terhadap triwulan II/2017. Kenaikan ini terutama dipicu naiknya produksi industri materi kimia dan barang dari materi kimia yang mencapai 25,55 persen, serta industri percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 24,42 persen.
Dalam hal ini, Kemenperin fokus dalam pelaksanaan acara e-Smart IKM di Indonesia. Program strategis ini dinilai sanggup meningkatkan terusan pasar bagi pelaku IKM dalam negeri melalui internet marketing. "E-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan market place yang telah ada,” terperinci Airlangga.
Kemenperin menargetkan, sebanyak 4000 IKM lokal akan bergabung dalam acara e-Smart IKM pada tahun 2018. Sasaran tersebut naik dibanding tahun kemudian yang pesertanya sudah mencapai 2.730 IKM. Dalam pelaksanaannya, Kemenperin telah menggandeng sejumlah marketplace dalam negeri menyerupai Bukalapak, Tokopedia, Blibli, Shopee, dan Blanja.com.
Red
“Sektor industri kita rata-rata masih tumbuh di atas lima persen, atau di atas perekonomian. Bahkan, pertumbuhannya ada yang lebih cepat menyerupai industri mesin dan perlengkapan serta industri masakan dan minuman,” kata Menperin di Jakarta, Kamis (2/8).
Airlangga menilai, momentum Idulfitri dan Pilkada pada tahun ini berdampak positif terhadap naiknya undangan domestik sehingga terjadi pula peningkatan produksi di sejumlah sektor manufaktur, menyerupai industri masakan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, industri bantalan kaki, serta industri percetakan. “Apalagi tahun depan ada Pemilu, demand produknya akan lebih banyak lagi,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang memperlihatkan peningkatan pada kuartal II/2018 sebesar 4,36 persen secara year-on-year (y-o-y) terhadap triwulan ll/2017. Kenaikan tersebut, terutama disebabkan naiknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan bantalan kaki mencapai 27,73 persen.
Sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan produksi pada kuartal kedua tahun ini, di antaranya industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 17,28 persen, industri minuman mencapai 15,41 persen, industri pakaian jadi tembus 14,63 persen, serta industri alat angkutan di angka 12,34 persen.
Menperin menyampaikan, pihaknya terus mendorong industri nasional biar memanfaatkan teknologi terkini untuk memaksimalkan produksi secara lebih efisien dengan hasil yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan penerapan revolusi industri generasi keempat atau industri 4.0.
“Di kala digital, acara manufatur tidak lagi sekadar melibatkan mesin dalam proses produksinya. Saat ini, beberapa pabrikan sudah melompat lebih jauh, ialah memadukan dengan internet of things (IoT) atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang menjadi ciri dari industri 4.0,” paparnya.
Sementara itu, hasil survei Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari Nikkei juga menunjukkan, indeks PMI pada Juli 2018 naik menjadi 50,5 dibanding Juni 2018 yang mencapai 50,3. Indeks PMI di atas 50 memperlihatkan industri bisa ekspansi.
“Kenaikan PMI ini sangat positif, pertanda bahwa industri manufaktur kita sedang bergeliat. Untuk itu, kami harus jaga dan terus dorong biar lebih produktif dan berdaya saing,” tutur Airlangga. Selain itu, Nikkei juga menyatakan bahwa sampai Juli, jumlah bisnis gres di Indonesia naik selama enam bulan berturut-turut. Sementara, tingkat ketenagakerjaan di sektor manufaktur Indonesia juga naik selama dua bulan berturut-turut.
Masih merujuk data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada periode triwulan II/2018 juga mengalami kenaikan sebesar 4,93 persen (y-on-y) terhadap triwulan II/2017. Kenaikan ini terutama dipicu naiknya produksi industri materi kimia dan barang dari materi kimia yang mencapai 25,55 persen, serta industri percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 24,42 persen.
Dalam hal ini, Kemenperin fokus dalam pelaksanaan acara e-Smart IKM di Indonesia. Program strategis ini dinilai sanggup meningkatkan terusan pasar bagi pelaku IKM dalam negeri melalui internet marketing. "E-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan market place yang telah ada,” terperinci Airlangga.
Kemenperin menargetkan, sebanyak 4000 IKM lokal akan bergabung dalam acara e-Smart IKM pada tahun 2018. Sasaran tersebut naik dibanding tahun kemudian yang pesertanya sudah mencapai 2.730 IKM. Dalam pelaksanaannya, Kemenperin telah menggandeng sejumlah marketplace dalam negeri menyerupai Bukalapak, Tokopedia, Blibli, Shopee, dan Blanja.com.
Red
Komentar
Posting Komentar