Terkait Kontroversi Iis Dahlia, Komnas Dukungan Anak Angkat Bicara
MITRAPOL.com - Iis Dahlia artis dangdut itu orangnya tidak simpati. Sudah salah masih Ngeyel. Dia itu kan publik pigur yang seharusnya memberi rujukan pada anak, buksnvsebaliknya memberi rujukan buruk, demikian disampaikan Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak.
"Kalau cita-citanya mau memajukan biduan dangdut apalagi mau memajukan generasi muda dangdut profesional Ibu Iis Dahlia itu harus profesional pula. Apa yang ia lakukan terhadap Laoda Sofya penerima Audisi KDI Indosiar beberapa hari kemudian dalam konteks hak anak dan hak asasi insan itu telah merendahkan dan melecehkan martabat kemanusiaan" tegas Arist.
"Tak selayaknya ia lakukan di depan publik apalagi disaksikan jutaan pemirsa. Itu tak pantas ia lakukan. Sesungguhnya biarlah kondisi Laode Sofya pada ketika audisi oleh Juri Iis Dahlia dianggap jelek pakaiannya dan dianggap tidak profesional sebagai penyanyi dangdut menjadi penilaan juri ketika akan menilai, bukan diungkapkan didepan publik" tambah Arist Merdeka Sirait.
Masih katanya, Makara Komnas Perlindungan Anak sebagai forum independen yang bertugas menunjukkan pembelaan dan santunan terhadap anak di Indonesia punya kepentingan untuk menunjukkan pembelaan atas kasus ini. Karena Komnas Perlindungan Anak selalu Ada dan Hadir untuk Anak Indonesia.
Komnas Perlindungan dihentikan membisu atas kasus ini. Karena apa yang dilakukan Iis Dahlia, menurut Konvensi PBB Hak Anak dan UU RI No. 35 Tahun 2015 wacana Perlindungan Anak dan UU RI No. 39 Tahun 1999 wacana HAM sudah sanggup dikategorikan salah satu bentuk kekerasan psikis atau kekerasan ekspresi serta martabat kemanusiaan yang sanggup diancam pidana.
"Kalau ibu Iis Dahlia mau memajukan biduan dangdut muda profesional di Indonesia saya berharap ibu Iis Dahlia itu mau minta maaf pada publik khususnya kepada Laode Sofya yang ia lecehkan. Ojo ngeyel," demikian disampaikan Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak merespon perilaku Iis Dahlia yang menyatakan apa urusan Komnas Anak terhadap insiden yang dialami Laoda Sofya penerima Audisi KDI di Indosiar Jumat 27 Juli 2018.
Reporter : hadi
![]() |
(Dari kiri) Artis Dangdut Iis Dahlia dan Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak. |
"Kalau cita-citanya mau memajukan biduan dangdut apalagi mau memajukan generasi muda dangdut profesional Ibu Iis Dahlia itu harus profesional pula. Apa yang ia lakukan terhadap Laoda Sofya penerima Audisi KDI Indosiar beberapa hari kemudian dalam konteks hak anak dan hak asasi insan itu telah merendahkan dan melecehkan martabat kemanusiaan" tegas Arist.
"Tak selayaknya ia lakukan di depan publik apalagi disaksikan jutaan pemirsa. Itu tak pantas ia lakukan. Sesungguhnya biarlah kondisi Laode Sofya pada ketika audisi oleh Juri Iis Dahlia dianggap jelek pakaiannya dan dianggap tidak profesional sebagai penyanyi dangdut menjadi penilaan juri ketika akan menilai, bukan diungkapkan didepan publik" tambah Arist Merdeka Sirait.
Masih katanya, Makara Komnas Perlindungan Anak sebagai forum independen yang bertugas menunjukkan pembelaan dan santunan terhadap anak di Indonesia punya kepentingan untuk menunjukkan pembelaan atas kasus ini. Karena Komnas Perlindungan Anak selalu Ada dan Hadir untuk Anak Indonesia.
Komnas Perlindungan dihentikan membisu atas kasus ini. Karena apa yang dilakukan Iis Dahlia, menurut Konvensi PBB Hak Anak dan UU RI No. 35 Tahun 2015 wacana Perlindungan Anak dan UU RI No. 39 Tahun 1999 wacana HAM sudah sanggup dikategorikan salah satu bentuk kekerasan psikis atau kekerasan ekspresi serta martabat kemanusiaan yang sanggup diancam pidana.
"Kalau ibu Iis Dahlia mau memajukan biduan dangdut muda profesional di Indonesia saya berharap ibu Iis Dahlia itu mau minta maaf pada publik khususnya kepada Laode Sofya yang ia lecehkan. Ojo ngeyel," demikian disampaikan Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak merespon perilaku Iis Dahlia yang menyatakan apa urusan Komnas Anak terhadap insiden yang dialami Laoda Sofya penerima Audisi KDI di Indosiar Jumat 27 Juli 2018.
Reporter : hadi
Komentar
Posting Komentar